5 Ilmuwan Indonesia ini Penemuannya Mendunia Lho!
Menurutmu, seperti apakah Indonesia di mata luar negeri? Mungkin hal-hal seperti korupsi, teror bom, bencana alam, dan hal kurang baik lainnya ada di benakmu. Hey, jangan salah lho. Indonesia juga banyak mencetak prestasi dengan karya-karya ilmuwan lokal. Bahkan penemuan para ilmuwan Indonesia ini bermanfaat banyak bagi banyak orang. Siapa dan apa saja ya temuannya? Yuk, simak baik-baik.
Teknologi 4G
Siapa diantara kamu yang menggunakan smartphone berbasis 4G? Well, produsen smartphone di seluruh dunia banyak menggunakan teknologi 4G LTE. Proses transfer data menjadi lebih cepat dan stabil dibanding teknologi 3G yang selama ini banyak dikenal orang. Tahukah kamu siapa penemunya?
Prof. Khoirul Anwar adalah penemu yang juga memegang hak paten teknologi 4G berbasis OFD (Orthogonal Frequency Division Multiplexing). Pria asal Kediri kelahiran 1978 ini menciptakan sistem yang mampu menurunkan energi hingga 5dB atau seratus ribu kali lebih kecil dari yang diperlukan. Profesor muda ini berhasil menemukan metode komunikasi yang lebih cepat, tapi energi lebih sedikit. Kecepatan pengiriman datanya juga meningkat tajam. Masalah komunikasi di kota-kota besar yang memiliki gedung pencakar langit maupun daerah pegunungan pun bisa diatasi. Di daerah-daerah seperti inilah gelombang yang ditransmisikan mengalami pantulan dan jeda lebih panjang.
Pada paten keduanya, pria yang meraih gelar master dari Nara Institute of Science and Technology (NAIST) ini menghapus sama sekali Guard Interval/GI. Hasilnya, membuat frekuensi yang berbeda akan bertabrakan. Lalu, Pak Khoirul mengombinasikan dengan algoritma khusus di laboratorium. Efeknya? Interaksi antar gelombang ini dapat diatasi dengan unjuk kerja yang sama seperti sistem biasa dengan adanya GI.
Hasil temuan lulusan cum laude Teknik Elektro ITB tahun 2000 ini telah digunakan perusahaan elektronik besar asal Jepang. Juga, tengah dijajaki oleh raksasa telekomunikasi asal Tiongkok yakni Huawei Technology. Pak Khoirul juga sempat menerima penghargaan IEEE Best Student Paper Award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) 2006 di California.
Crack progression pesawat
Di awal 1990an, banyak musibah terjadi pada penerbangan pesawat terbang. Biasanya karena kerusakan konstruksi yang tidak terdeteksi. Seperti kelelahan pada badan pesawat yang masih sulit dideteksi dengan keterbatasan alat. Titik rawan biasanya ada di sambungan antara sayap dan badan, atau antara sayap dan mesin pesawat. Baik saat lepas landas maupun mendarat, elemen-elemen inilah yang mengalami guncangan keras secara terus menerus.
Sampai akhirnya, Bapak B.J.Habibie menemukan bagaimana titik kelelahan pesawat ini bekerja. Perhitungan beliau sungguh rinci, hingga hitungan atomnya. Di dunia penerbangan, teorinya dikenal dengan sebutan crack progression. Bahkan, presiden ketiga Indonesia ini mendapat julukan Mr.Crack. Selain membuat pesawat lebih aman, teori ini juga dapat menghindari risiko pesawat jatuh dan membuat pemeliharaannya lebih mudah, murah pula.
Beliau bisa meringankan operating empty weight—bobot pesawat tanpa berat penumpang dan bahan bakar—sampai 10 persen dari bobot sebelumnya. Angka ini bahkan bisa turun hingga angka 25 persen setelah diberikan material komposit ke dalam badan pesawat. Pengurangan berat ini tidak membuat maksimum take off weight-nya ikut merosot. Dengan demikian, daya angkut pesawat meningkat dan daya jelas akan semakin jauh. Secara ekonomi, kinerja pesawat dapat ditingkatkan.
Kromosom 23 pasang
Fakta bahwa kromosom manusia 48 buah—yang sudah diketahui dunia sejak setengah abad lamanya—berhasil dipatahkan. Salah seorang ahli psikokenetik asal Indonesia, yaitu Dr. Joe Hin Tjio menemukan fakta bahwa kromosom manusia berjumlah 46 buah (23 pasang). Hasil ini berdasarkan penelitian yang beliau lakukan di laboratorium Institute of Genetics of Sweden’s University of Lund. Beliau berhasil menyempurnakan teknik pemisahan kromosom manusia pada gelas preparat yang dikembangkan oleh salah satu dokter di Texas University, US tahun 1961.
Teknik yang dikembangkan untuk pengamatan kromosom pada manusia merupakan salah satu temuan besar di bidang sitogenetika. Apa itu? Cabang ilmu genetika yang mempelajari hubungan antara hereditas dengan variasi dan struktur kromosom. Pak Tjio membantu pengembangan bidang ini menjadi salah satu bidang penting dalam medis di tahun 1959. Beliau menunjukkan bahwa ada kaitan antara kromosom abnormal dengan penyakit tertentu.
Teknik Pengeringan Sperma
Teknik pengeringan (evaporative drying) serta penyimpanan sperma dalam ruangan bertemperatur kamar ini ditemukan oleh Mulyoto Pangestu. Mahasiswa Indonesia yang mengambil gelar Ph.D di Monash Univeristy ini sangat berguna bagi para ilmuwan dan dokter di negara berkembang. Biasanya, negara tersebut masih kurang biaya untuk pengadaan alat pendingin. Peralatan cold storage untuk menyimpan bahan organik membutuhkan nitrogen cair sebagai bahan pendingin (coolant). Sayangnya, selain makan tempat dan tangkinya mahal, juga sangat berbahaya.
Pak Mulyoto lalu menemukan cara untuk mengeringkan dan menyimpan sperma dalam suhu ruangan sebab beliau memakai jasa gas nitrogen. Bahan-bahannya tergolong sangat murah lho, sekitar 2.500 rupiah saja. Diantaranya dua lapis tabung plastik mini (ukuran 0,20 ml dan 0,500 ml) yang disegel dengan panas (heat-sealed), lalu dibungkus lagi dengan aluminium foil. Hasilnya? Kemasan penyimpanan sperma kering dan beku yang tidak butuh penanganan khusus. Hasilnya tetap dapat dipakai walau disimpan bertahun-tahun lho.
Pondasi cakar ayam
Teknologi ini ditemukan oleh Prof. Dr. Ir. Sedijatmo. Putera asli Karanganyar, Jawa Tengah ini adalah tokoh insinyur sipil yang juga cendekiawan, praktisi, ilmuwan dan guru besar Institut Teknologi Bandung. Berkat pemikiran dan kecerdasan beliau, teknologi pemasangan pondasi yang kokoh di atas tanah labil banyak diterapkan pada berbagai bangunan. Bahkan, di seluruh dunia lho!
Saat menjadi pejabat PLN, beliau diminta untuk mendirikan tujuh menara listrik tegangan tinggi di rawa-rawa Ancol. Saat itu, Pak Sedijatmo dihadapkan pada persoalan struktur tanah di daerah rawa-rawa yang lembek, juga labil. Lalu muncullah gagasan mendirikan Menara di atas pondasi pelat beton yang dengan topangan pipa beton di bawahnya. Pipa atau pelat beton ini bersatu dan mencengkeram tanah lembek dengan kuat sehingga jadi dasar menara yang kokoh. Pondasi yang dibuatnya mampu mengurangi hingga 75 persen tekanan pada permukaan tanah di bawahnya jika dibanding dengan pondasi biasa. Sejak saat itu nama pondasi cakar ayam muncul.
Kemudian pondasi cakar ayam ini digunakan di beberapa bandara, gedung-gedung di Indonesia, maupun luar negeri. Ini memungkinkan landasan menahan beban hingga dua ribu ton atau setara dengan pesawat super jumbo jet. Kehebatan temuan lulusan ITB angkatan 1934 ini mendapat pengakuan paten dari puluhan negara di dunia.
Semakin bangga dong jadi anak Indonesia? Yuk, giat belajar agar dapat meneruskan jejak para ilmuwan di atas!